Berani Mengambil Risiko

30 Jul

BEBERAPA waktu yang lalu, tepatnya awal Ramadhan 1433 (21 Juli 2012) saya mendapat anugrah dari Allah untuk menuntaskan satu naskah buku. Agar bisa dinikmati oleh banyak pembaca, saya pun berinisiatif untuk mengirimkan naskahnya ke salah satu penerbit ternama. Dalam kecemasan, apakah diterima atau tidak, sebagai upaya menghibur diri, saya menyempatkan untuk menulis beberapa tulisan dalam catatan harian saya.

Di samping banyak ungkapan, dari catatan tersebut ada satu ungkapan yang cukup menyentuh alam bawa sadar saya. Ketika itu saya menulis, Risiko adalah tolak ukur seseorang. Orang yang berani mengambil risiko adalah mereka yang berusaha untuk menjaga semangat dalam dirinya ketika melalui langkah-langkah dan menikmati hasil usahanya. Artinya, orang berhasil bukan sekadar karena melalui langkah-langkah pencapainnya, tapi juga siap menerima risiko yang ditimbulkannya. Merekalah orang sukses yang sesungguhnya.”

Ya, untuk meraih sukses, seseorang perlu keberanian untuk mengambil suatu kesempatan yang berisiko. Coba bayangkan ketika Anda menginginkan suatu benda di dalam ruang tertutup dengan kunci baja di sebelah rumah Anda. Jika Anda hanya berdiam diri, apakah Anda akan mendapatkannya? Jelas, tidak kan? Namun, kalau Anda keluar rumah, lalu menyeberang jalan yang ramai—meski risiko ditabrak mobil, motor dan semacamnya—kesempatan Anda untuk memiliki benda tersebut jelas ada.

Pada ilustrasi di atas mungkin Anda pernah mendengar istilah risiko yang diperhitungkan—calculated risk. Artinya, memang Anda punya risiko untuk bertabrak mobil dan motor ketika menyeberang jalan, tapi memang sudah sepantasnya Anda melihat ke kiri dan ke kanan sebelum menyeberang sehingga persentase tertabrak mobil pun akan menjadi lebih kecil.

Dalam dunia usaha atau profesi apa pun, sayangnya, tak sedikit orang yang berani mengambil risiko, tetapi bukan risiko yang diperhitungkan sebelumnya. Bukan risiko yang benar-benar risiko. Risiko yang mereka perhitungkan justru yang tidak membutuhkan tenaga dan pengorbanan apa-apa. Orang sering menyebutnya sebagai risiko cemeng.

Sementara itu, di satu sisi, ada juga orang yang tidak berani mengambil risiko sama sekali. Mereka memilih untuk tinggal di rumah dan hanya terus membayangkan benda yang mereka inginkan di toko seberang rumahnya tadi. Mereka itulah orang-orang yang tidak akan pernah maju. Seperti layaknya seorang yang berjalan di tempat, orang tipe seperti itu tidak akan pernah mencapai tujuan yang diinginkannya.

Meraih kesuksesan adalah impian semua orang. Bagi mereka yang benar-benar menginginkannya akan bersungguh-sungguh menjalani prosesnya. Mereka berani mengambil risiko, walaupun risiko tersebut sangat menantang kehidupannya. Tentu saja, risiko yang dimaksud bukanlah risiko ringan saja, tapi juga risiko berat.

Namun bagi mereka yang hanya menghayal, mereka menginginkan sesuatu tapi prosesnya mereka lalui dengan santai alias tanpa melakukan pekerjaan atau melalui langkah-langkah kecil sekalipun. Mereka terlalu cepat takut mengambil risiko bahkan tidak ingin menghadapi risiko apapun.

Lalu, adakah langkah penting bagi seseorang yang ingin menggapai kesuksesan dalam dunia apapun jika dia mesti memperolehnya dengan risiko-risiko? Tentu saja ada. Hampir tak ada masalah yang tak ada solusinya. Dalam dunia usaha juga begitu, tak ada impian yang ingin diwujudkan tanpa jalan atau langkah-langkahnya.

Agar berani mengambil risiko, paling tidak seseorang mesti memiliki beberapa hal:

Pertama, berbaik sangka kepada Allah

Meyakini adanya takdir buruk yang datang dari Allah adalah bagian dari keimanan. Takdir buruk terjadi atas izin Allah dan ada yang benar-benar menjadi cobaan maupun pelajaran bagi manusia. Namun, ada juga takdir buruk yang justru terjadi karena keteledoran manusia.

Bagi siapapun yang ingin menggapai impiannya, jika dia berani berikhtiar, maka dia mesti yakin bahwa ikhtiarnya benar-benar berada dalam naungan Allah, berada dalam ridha Allah. Keberanian untuk menerima hasil dengan segala macam risiko yang ditimbulkannya termasuk berbaik sangka kepada Allah. Nah, jika apa yang dia dapatkan kelak adalah satu di antara takdir Allah Yang Maha Kuasa di atas segalanya, lantas alasan apalagi yang membuatnya tidak semangat?

Kedua, yakin bahwa kesuksesan punya proses

Hampir tak ada kejadian yang tidak melalui proses. Orang hidup saja melalui proses. Dilahirkan dan begitu seterusnya. Begitu juga orang mati, dia mesti melalui sakaratul maut. Dan begitu seterusnya. Dalam konteks yang lain, hampir tak ada yang mendapatkan kesuksesan tanpa usaha serta tantangan yang bergulat di dalamnya.

Dengan demikian, jika seseorang ingin meraih impian atau menggapai kesuksesan, maka dia mesti melalui proses atau langkah-langkahnya. Dia harus percaya bahwa menggapai kesuksesan itu pasti melalui langkah-langkah. Selain itu, kesuksesan juga butuh waktu pencapaian. Kesuksesan tidak didapatkan seketika saja, dia butuh waktu yang kadang tak sedikit. Jika langkah-langkah yang sudah tersusun mengalami kendala pencapaian, maka itu pertanda impian tersebut butuh langkah-langkah baru yang lebih kreatif dan fleksibel.

 

Ketiga, percaya bahwa semuanya berisiko

Memiliki impian itu gratis, tapi menjadikannya sebagai sesuatu yang nyata atau mewujudkannya butuh kerja keras dan berisiko tinggi. Satu hal yang mesti dimiliki adalah berani mengambil sekaligus menerima risiko. Mengapa? Karena tidak ada yang diperoleh dalam hidup ini yang tidak berisiko. Risiko membangun bisnis adalah bangkrut atau rugi, risiko menjadi penulis adalah ditolak penerbit, risiko menjadi aktivis literasi ditinggal pembaca, risiko menjadi pemimpin adalah dihina, risiko menjadi pembalap adalah tabrakan, risiko menjadi orang kaya adalah kemiskinan, risiko menjadi orang jujur adalah pengasingan. Begitu seterusnya. Dengan adanya kesadaran bahwa semuanya berisiko, seseorang akan matang secara psikologis. Di samping itu, dia juga akan berusaha sejak dini untuk mencari solusi dari kemungkinan-kemungkinan yang terjadi ke depan. Dengan adanya risiko, seseorang menjadi antisipatif dalam melakoni kehidupannya.

 

Keempat, percaya diri atas hasil usaha

Orang sukses adalah dia yang siap menerima hasil akhir dari usaha maksimalnya. Apapun impiannya, jika perwujudannya dilalui dengan langkah-langkah terbaik dan dilalui dengan sungguh-sungguh, apapun hasilnya, itu adalah keberhasilan. Dia sangat percaya bahwa apa yang sudah dilaluinya adalah satu perjuangan yang tak sia-sia. Dia sangat yakin akan mendapatkan hasil terbaik. Dia percaya bahwa apa yang diperolehnya adalah hasil usaha dan pembuktian dari keringatnya sendiri. Dia bangga dengan hasil apapun yang dia dapatkan dari usahanya.

 

Kelima, percaya akan peluang

Orang sukses selalu meyakini bahwa satu jalan tempuh yang sudah dicoba dan menghasilkan sesuatu yang belum memuaskan bukanlah hasil akhir yang sesungguhnya. Itu justru pertanda bahwa dia mesti menata kembali langkah-langkah sebelumnya, atau jika tidak, dia mesti mencari jalan atau langkah-langkah baru yang lebih jitu. Sebab dia yakin bahwa peluang itu selalu terbukan bagi siapapun yang menginginkan kesuksesan. Bukankah Allah akan memberi pertolongan kepada mereka yang bersungguh-sungguh?

Menanti hasil adalah aktivitas yang kadang membutuhkan banyak tenaga. Kecemasan selalu menjadi selingan dominan di dalamnya. Ya, itulah yang saya alami. Saya percaya Anda pernah mengalami apa yang saya alami. Tapi dalam penantian yang dilapis kecemasan tersebut selalu ada inspirasi yang hadir, termasuk untuk membuat tulisan sederhana sekalipun.

Oh ya, sebelum mengakhiri catatan ini, saya ingin bertanya kepada Anda; Anda ingin membangun usaha apa? Apa saja impian Anda? Kesuksesan seperti apa yang ingin Anda raih?

Apapun jawaban Anda, saya ingin meningatkan satu hal: apapun usaha atau impian Anda, Anda mesti siap menerima risikonya. Baik dalam mengawali, melalui proses maupun hasil yang Anda peroleh. Sekarang lalui prosesnya, ikuti langkah-langkahnya, sungguh-sungguhlah dalam menuntaskannya, bersabarlah dalam menanti hasilnya dan siaplah menerima berbagai risiko yang Anda peroleh.

Semoga apa yang saya sampaikan ini bermanfaat dan bisa menambah atau melengkapi pengetahuan dan modal Anda dalam menggapai kesuksesan yang Anda impikan. Saya sendiri sedang melakukan eksperimen, ya sedang belajar sekaligus mengujicoba apa yang saya bagi kepada Anda pada tulisan ini. Salam semangat! [Syamsudin Kadir, Penulis buku The Power Of Motivation; 085 220 910 532]

3 Tanggapan to “Berani Mengambil Risiko”

  1. Agus irawan 7 Desember 2017 pada 09:43 #

    Artikel yg sangat bgs dan memotivasi sekali….teimaksih

    Suka

Trackbacks/Pingbacks

  1. Inspirasi Menata Rumah di ‘Pameran Desain ID 2012′ | bijak.net - 15 September 2012

    […] Tips: Cara Menata Rambut KeritingTulisan tentang Arsitek, oleh Romo Mangun, tahun 1993Model Meja Kursi Makan Minimalis Kombinasi – SET MEJA KURSI MAKAN MINIMALISApa Kabar RamadhankuBerani Mengambil Risiko […]

    Suka

Tinggalkan komentar